Cerita

Cerita-cerita Penduduk

Mbah Kiromah

Saya punya cucu 5, mas. Di umur yang sudah tua ini saya bisa habis waktu 6 sampai 8 bulan untuk ambil air di sumber air untuk makan, minum dan nyuci. Sebenere ada sumur galian di rumah, mas. Tapi selalu kering pas musim rendeng (kemarau). Aku mlaku (jalan kaki) ke sumber air jaraknya sekitar 3 km. Meski dapat bantuan air dari pemerintah desa tapi tetap saja antri, mas. Kalau tidak begitu ya beli air. Itupun pakainya kudu hemat. Soale aku tidak enak hati sama anak-anakku. Jadi saya tetep kerjo biar bisa beli air, mas.

Mbah KiromahPenduduk Desa


Ibu Subiati dan Ibu Lena

Setiap tahun selalu gini mas. Kekurangan air bersih. Setiap musim kemarau mesti kekurangan air. Yaa, setiap bulan bisa keluar uang ratusan ribu cuma buat beli air. Ya meski ada sumber, tapi airnya nggak gitu bersih mas. Kalau sudah mentok nggak ada uang ya airnya di hemat-hemat sambil nunggu bantuan air dari pemerintah. Kalau nggak gitu ya terpaksa ambil air ke sumber. Biar bisa bantu-bantu suami ya buka toko kecil-kecilan. Supaya dapat uang lebih buat beli air dan kebutuhan lain mas. Soale suami saya juga cuma seorang petani, penghasilane ndak pasti.

Ibu Subiati dan Ibu LenaPenduduk Desa


Sunyoto

Sudah sejak bulan April hingga November kemarin mas kekeringan. Sebulan bisa habis Rp 500.000,- untuk beli air. Jadi banyak kebutuhan lain yang dikorbankan, mas. Jamban di rumah juga belum begitu bagus, mas. Saya disini berharap, semoga dengan program nanem pohon ini, desa makin hijau dan sumber air nggak kering lagi, mas.

SunyotoPenduduk Desa


Sumitro

Saya tinggal di dusun Sumberejo. Setiap musim rendeng (kemarau) saya ya nunggu bantuan air dari hari ke hari. Saya sama warga lain juga sering minta bantuan ke desa buat pengadaan air, mas. Tapi bantuanpun ya ndak cukup.Ya, kalau sudah tidak cukup gitu terpaksa nagntri di sumber air yang jarake lumayan jauh. Ada sekitar 3 km jaraknya kalau mau ke sumber. Jauh memang mas, tapi mau bagaimana lagi. Demi kebutuhan air di rumah.

SumitroPenduduk Desa


Bu Dyah, Bu Suprihatin dan Bu Winardi

Setiap musim kemarau mas, kami yang di dusun Panggungwaru ini sering antri ambil air di Dusun Sumberoto. Kalau nggak gitu ya kita harus beli air, kalau nggak ada uang ya baru nunggu bantuan dari pemerintah yang datange 4 kali dalam sehari. Kalau dipikir-pikir meski dapat bantuan dari pemerintah, tetap saja kurang dan kudu hemat mas. Susah mas kalau pas musim kemarau gitu,malahan kalau dapat bantuan dari pemerintah sering dijadiin buat nyari dukungan politik. Semoga aja dengan bantuan tanam pohon ini bisa kurangi kekeringan di Desa mas.

Bu Dyah, Bu Suprihatin dan Bu WinardiPenduduk Desa


Mbah Samuri

Terima kasih kepada tim Yayasan yang membantu program penanaman Pohon di desa kami. Kami berharap semoga kedepannya semakin banyak tanaman buah yang dibagikan.

Mbah SamuriPenduduk Desa


Pak Ponirin

Semoga tanaman ini bermanfaat untuk Desa Sumberoto.

Pak PonirinPenduduk Desa


Jimmy Taruna

Masyarakat desa Sumberoto mengalami masalah kekeringan dan kesulitan air bersih yang berlangsung bertahun tahun. Satu sumber air digunakan oleh 2 RT dan harus mengantre lalu sumber air nya tidak memberikan jaminan bersih dan steril akibat nya banyak masyarakat sekitar mengalami penyakit Diare, Kulit, Lambung.

Jimmy TarunaMahasiswa - Fakultas Kedokteran Ciputra University


Sudah sejak puluhan tahun yang lalu di desa ini selalu mengalami permasalahan air. Tak mengenal musim. Baik musim kemarau maupun musim penghujan warga sulit mendapatkan air untuk kebutuhan sehari hari. Beberapa warga telah berupaya agar bisa memperoleh air bersih, namun hasilnya masih belum bisa maksimal. Jika ingin mendapatkan air bersih warga harus membeli seharga 50 hingga 60 ribu per seribu liternya. Itu kalau dapat bagian. Yang nggak dapat ya mencari dari Belik (sumber air) menggunakan jurigen dan ada saja sumber air yang kering jadi untuk memenuhi kebutuhan warga tidak cukup. Sedangkan musim hujan gini mereka menampung air hujan untuk mandi. Selain beli, warga masih mengharap dan mengandalkan bantuan yang datang dari instansi maupun perusahaan-perusahaan yang peduli dengan kondisi desa Sumberoto. Karena kami penasaran, kami mencoba mandi pagi di salah satu sumber air. Membutuhkan waktu 10 menit untuk tiba di Belik itu. Kalau saya sekilas melihat, kondisi airnya nggak seperti yang saya bayangkan. Ternyata warnanya keruh dan cenderung berkapur. Selain untuk mandi dan mencuci pakaian, juga dimanfaatkan sebagian warga untuk kebutuhan dapur.

Gabril, 23 tahunPendidikan Guru SD - STKIP Tulungagung, Jawa Timur